Judul : Till We Meet Again
Penulis : Yoana Dianika
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Halaman : 294 halaman
Harga : Rp 40.000
ISBN : 979-780-500-X
Saat pertama kali aku melihat dia hari itu, aku sudah berbohong beberapa kali.
Aku
bilang, senyumannya waktu itu tak akan berarti apa-apa. Aku bilang,
gempa kecil di dalam perutku hanya lapar biasa. Padahal aku sendiri
tahu, sebenarnya aku mengenang dirinya sepanjang waktu. Karena dia aku
jadi ingin mengulang waktu.
Dan suatu hari, kami bertemu lagi.
Di
saat berbeda, tetapi tetap dengan perasaan yang sama. Perasaanku
melayang ke langit ketujuh karena bertemu lagi dengan dirinya. Jantungku
berdetak lebih cepat seolah hendak meledak ketika berada di dekatnya.
Aku menggigit bibir bawahku, diam-diam membatin,
“Ah ini bakal jadi masalah. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta kepadamu,”
Apakah aku bisa sedetik saja berhenti memikirkan dirinya? Aku tak tahu harus berbuat apa.
Aku jatuh cinta, tetapi ragu dan malu untuk menyatakannya.
Saat melihat novel ini GM, apa lagi yang menarik tanganku untuk
mengambilnya kalo bukan gambar biola yang terpajang di covernya. Satu
hal yang aku tangkap, novel ini pasti bercerita tentang musik. Baca
referensinya, ternyata ber-setting di Austria. Wow, tipe novel
faforit, novel karangan penulis Indonesia yang bersetting di luar
negeri. Baca sinopsis, bahasa penulisnya keren nih. Dengan tiga alasan
kuat itu lah, aku membeli novel ini.
Awal membaca, lumayan sih. Sebenarnya rada kurang sreg, nggak tahu
apanya yg kurang sreg. Sebenarnya bahasa penulisnya bagus, banget malah.
Aku bisa ngerti ceritanya dan nggak susah membayangkan ceritanya. Tapi
ntah mengapa ada yang terasa berlebihan menurut ku, pendeskripsian
penulisnya, dan terkadang ada beberapa hal yang terkesan di ulang yang
menurutku sih nggak terlalu perlu. Dan juga tentang Elena, serta Chris
dan Hans, si pemeran utama nya yang terkesan terlalu di lebih kan..
Yah.. aku emang sering nggak suka dengan tokoh utama yang seperti itu
sih.. Jessica, musuh Elena pun di gambarkan terlalu jahat di sini.. Aku
hanya sedikit bosan dengan kisah pertengkaran antara tokoh antagonis dan
protagonist seperti Elena dan Jessica itu..
Melanjutkan terus membaca, aku benar-benar di bawa merasakan suasana
Wina pada musim dingin. Penjabaran begitu detail meskipun aku belum
terlalu bisa membayangkan secara pasti bagaimana Wina itu sebenarnya.
Tapi, sayangnya hal yang aku sukai dari sebuah novel ber-setiing di luar
negeri di sini tidak terlalu ada. Aku menyukai novel ber-setting luar
negeri karangan penulis Indonesia, pertama karena ingin mengetahui sudut
pandang seorang penulis terhadap negara tersebut yang biasanya membuat
negara tersebut jadi keren banget, membuat aku juga ingin pergi ke sana,
dan alasan pertama ini cukup ada di novel ini. Alasan kedua ku adalah
karena pengen tahu gimana kehiduan si tokoh utama bertahan hidup di
negeri orang. Namun menurutku di novel ini tidak terlalu di gambarkan
karena lebih sibuk menyoroti kehidupan percintaan Elena dengan kedua
lelaki keren itu.
Meskipun tidak terlalu kental dengan musiknya, namun novel ini cukup
memiliki sisi musik nya, sempat menyoroti beberapa nama, karya, dan
tempat-tempat yang berkaitan dengan musik klasik yang baru beberapa
waktu terakhir ini aku sukai. Jujur, aku baru tahu kalau Wina itu
merupakan salah satu tempat yang memiliki hubungan dengan musik-musik
klasik. Dan juga adanya bahasa Jerman yang di gunakan membuaku teringat
dengan pelajaran Bahasa Jerman ku semasa SMA yang tidak terlalu aku
ingat saat ini :D
Adegan favorit ku adalah adegan di bagian akhir cerita, saat Chris
mengejar Elena sampai Praha. Iu merupakan adegan yang sangat keren dalam
novel ini.
Meskipun Hans ternyata tidak terlalu mendapat banyak sorotan di sini,
namun ntah mengapa dia menjadi cukup menarik bagiku karena dia yang
tidak bisa lepas dari Jessica (aneh)
Awalnya Chris di gambarkan sebagai orang yang suka game dan programming,
namun makin ke ujung cerita, bagian Chris yang menyukai programming
semakin hilang dan berganti dengan Chris yang mahir biola. Meskipun
tidak terlalu kentara perubahannya, tapi aku tidak terlalu menyukai
perubahan 'profesi' ini.
Adanya seorang nama Korea dalam novel ini, Kim Ha Neul, yang di
gambarkan sebagai salah satu member boyband di Korea, sedangkan yang aku
tahu Kim Ha Neul itu aktris Korea. Ntah lah Kim Ha Neul ini memang ada
atau hanya fiktif sang pengarang aja.
Akhir kata, novel ini lumayan keren lah. Ada beberapa kutipan yang cukup
aku suka, dan adegan akhir di jembatan yang sangat keren itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar